Kamis, 01 Mei 2008

AA Maramis


Mr. Alexander A. Maramis

Mr. Alexander A. Maramis, Menteri Luar Negeri RI pada periode 19 Desember 1948 - 13 Juli 1949, lahir di Manado, pada tanggal 20 Juni 1887.

Semasa remaja beliau bersekolah di ELS (European Elementary School), pada tahun 1911. Pada tahun 1918, beliau melanjutkan sekolah ke HBS dan kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Leiden, Belanda, lulus dengan gelar "Meester in de Rechten" (Mr) pada tahun 1924.

Di masa remajanya beliau menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tahun 1945, bersama rekan seperjuangan lainnya antara lain Ir. Soekarno dan Mr. Ahmad Subardjo.

Pada saat Belanda melancarkan Agresi militer ke II, beliau ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri Pemerintah Darurat RI (PDRI) yang berkedudukan di New Delhi, India. Semasa hidupnya Beliau pernah juga menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Filipina, Jerman Barat dan Rusia.

Surat Kuasa ditanda tangani oleh Drs.Muhammad Hatta dan Haji Agus Salim karena pada waktu itu Presiden Republik Indonesia Presiden Sukarno tanggal 19 Desember 1948 telah ditangkap oleh tentara Belanda. Segera setelah menerima telepon bahwa Presiden Sukarno sudah ditangkap oleh tentara Belanda Wakil Presiden langsung mengadakan sidang kabinet khusus (rapat kilat) yang menghasilkan Surat Kuasa yang berbunyi sebagai berikut:

“KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMBERITAHUKAN BAHWA PADA HARI MINGGU TANGGAL 19 DESEMBER 1948 JAM 6 PAGI BELANDA TELAH MEMULAI SERANGANNYA ATAS IBU KOTA JOKYAKARTA JIKA DALAM KEADAAN PEMERINTAHAN TIDAK DAPAT MENJALANKAN KEWAJIBAN LAGI, KAMI MENGUASAKAN KEPADA Mr.SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA, MENTERI KEMAKMURAN, UNTUK MEMBENTUK PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK INDONESIA DI SUMATERA”.

Jokyakarta 19 Desember 1948

WAKIL PRESIDEN MENTERI LUAR NEGRI

MOH. HATTA AGUS SALIM

Selanjutnya yang untuk Dr. Sudarsono berbunyi :

PRO. Dr. SUDARSONO- PALLAR- Mr. MARAMIS NEW DELDI :

“KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMBERITAHUKAN BAHWA, PADA HARI MINGGU TANGGAL 19-12-1948 JAM 6 PAGI BELANDA TELAH MEMULAI SERANGANNYA ATAS IBUKOTA JOKYAKARTA, JIKA ICHTIAR Mr. SYAFRUDDIN PRAWIRA NEGARA UNTUK MEMBENTUK PEMERINTAHAN DARURAT DI SUMATERA TIDAK BERHASIL, KEPADA SAUDARA-SAUDARA DIKUASAKAN UNTUK MEMBENTUK EXILE GOVERNMENT (PEMERINTAHAN PELARIAN) REPUBLIK INDONESIA DI INDIA. HARAP DALAM HAL INI BERHUBUNGAN DENGAN SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA DI SUMATERA, JIKA HUBUNGA TIDAK MUNGKIN HARAP DIAMBIL TINDAKAN SEPERLUNYA”.

Jokyakarta, 19 Desember 1948

WAKIL PRESIDEN MENTERI LUAR NEGRI

MOH. HATTA AGUS SALIM
http://kerabatciwa.blogspot.com/2008/10/penyusunan-kembali-sejarah-pdri-di.html

Bersama Dr. Mohammad Hatta, Mr. Sunarjo, Mr. Achmad Soebardjo dan Mr. A.G. Pringgodigdo, beliau termasuk dalam "Panitia Lima" yang ditugaskan Pemerintah untuk merumuskan Pancasila.

Menkeu Pertama pun Harus Cari Devisa Sendiri........ klik
Di Halaban, Sumatera Barat, Mr Syafrudin Prawiranegara memproklamasikan PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) untuk melanjutkan perjuangan. Maramis diangkat sebagai menteri luar negeri merangkap menteri keuangan berkedudukan di New Delhi, India.

Mulailah suatu episode menarik dalam kehidupan Maramis. Ketika Maret hingga Agustus 1948, dia melaksanakan perdagangan candu (opium trade) ke luar negeri atas perintah Wapres Hatta akhir Februari 1948.

Bersama L.N. Palar, dia menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di Paris yang memperdebatkan agresi militer Belanda terhadap RI.

Dia hadir di Konferensi Pan Asia mengenai Indonesia di New Delhi awal Januari 1949.

Dia pergi ke New York membicarakan dengan Palar dan dr Soemitro Djojohadikusumo kontrak kerja sama ekonomi RI dengan Matthew Fox Concern.

Maramis menjabat Dubes di Bonn, Jerman Barat (1954), dan di Moskow serta Finlandia (1958).

Bersama istrinya, Beth, dia tinggal di Lausanne, Swiss, setelah pensiun.
Karena sakit-sakitan, dia dijemput oleh sebuah panitia yang dibentuk Presiden Soeharto untuk balik ke tanah air.
Dia tinggal di Wisma Pertamina, Jakarta, atas biaya negara dan meninggal dunia di sana dalam usia 80 tahun.

Peran Mr Maramis dalam aksi kedua militer Belanda, suatu periode yang gawat dalam sejarah NKRI, tidak selalu diketahui oleh orang Indonesia zaman globalisasi sekarang. Seperti triumvirat Soekarno-Hatta-Sjahrir pada awal Revolusi, Maramis telah menjadi orang yang dilupakan.

Tapi, tahukah Anda bahwa Belanda yang notabene musuh RI di masa tersebut mempunyai pandangan khusus tentang diri Maramis? Belanda mengatakan tentang adanya een daakdrachtige Minister van Buitenlandse Zaken en Financien in New Delhi, seorang Menlu dan Menkeu yang bertindak tegas, tidak ragu-ragu. Itulah Maramis, menurut penilaian Belanda.

Bahkan sampai saat ini Republik Ini/Indonesia mengangap beliau
BUKAN PAHLAWAN NASIONAL, apakah karena alasan RASIAL...???.

Sementara banyak yang di beri predikat pahlawan nasional perlu dipertanyakan ada yang perna melakukan genoside ....

Selanjutnya (rekor muri....).............

Maramisnomics Berbasis Otonomi Kabupaten/Kota
Solusi Atas “the great depression 2009”
Bencana Depresi Besar 2009


PROLOG
Jika tidak ditangani secara tepat, krisis keuangan akan menjelma menjadi krisis kemanusiaan di kemudian hari. Keresahan sosial dan ketidakstabilan politik akan meningkat, memperparah persoalan lainnya. Bahayanya, sebuah rangkaian krisis satu sama lain saling menghantam dengan potensi menghancurkan semua pihak.Demikian peringatan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon di Doha, Qatar, pada konferensi ekonomi dan pembangunan yang disponsori PBB, 29 November 2008 sebagai LAPORAN AKHIR TAHUN INTERNASIONAL dengan judul “Dunia Memasuki Tahun 2009 yang Kelam”
(http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/05/05430269/dunia.memasuki.tahun.2009.yang.kelam) Selanjutnya...........

MARAMISNOMICS ”The Other Way”
PENJELASAN TEORITIS SEBAB TERJADI & SOLUSI
“The great depression 2009”

Ada apa dengan Ekonomi Dunia?. Pertanyaan seharusnya adalah, ada apa dengan kapitalisme globa?. Karena untuk bisa mendapatkan solusi yang tepat guna, haruslah diketahui dulu kenapa persoalan itu terjadi. Banyak analisis terkait dengan kehancuran pasar finansial, mulai dari kebijakan defisit AS, kebijakan suku bunga rendah di era Greenspan, keserakahan elit politik, kegiatan spekulatif para petinggi perusahaan, seperti dilakukan Dick Fuld, CEO Lehman Brothers, tingginya biaya program politik luar negeri, manipulasi laporan keuangan dan lain-lain. Selanjutnya.......



Selasa, 04 Maret 2008

ekonomi politik jalan lain "the others way"

---------------------------ORI TANDATANGAN : A.A. MARAMIS
Recovery Ekonomi Indonesia dalam 20 bulan

BUFFER DARI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL 2008

MARAMISNOMICS “The Other Way”
PADA TATARAN OPERASIONAL

Marjinalkan Kapitalisme dengan Cara-cara Capitalistik

Karl Marx seorang pemikir komunis dari German dalam bukunya Das Kapital (The Capital) menulis bahwa kapitalisme hanya dapat disingkirkan apabila golongan pekerja mengambil alih kerajaan melalui revolusi.

Sudah banyak revolusi, terjadi dibanyak Negara selama dua abad terakhir dengan pengorbanan dan kesengsaraan umat manusia sepanjang abad, kapitalisme bukan tersingkirkan malahan telah merasuki sampai ke setiap sendi umat manusia termasuk pada yang anti kapitalis.

Ternyata revolusi dan segala macam ketidakstabilan adalah sumber proteinnya kapitalisme, ketidakstabilan akan menyebabkan terjadinya gejolak, gejolak dan ketidakstabilan selalu diiringi dengan kepanikan pasar, dengan demikian itulah pasar yang adalah ujung tombaknya kapitalis akan hidup.

Pada massa awal perang dingin timur-barat, penganut sosialis-timur menyibir “kapitalisme-barat sebagai gurita yang setiap saat dapat melahap apa saja”, ketika parang dingin usai dengan barat sebagai pemenang tahun 1970an ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin dan ambruknya Uni Sovyet sebagai harga dari glasnot & prestorika, bukan seperti sebelumnya yang hanya cibiran lagi, bahkan si kapitalis sendiri mengakui/menyatakan bahwa “kapitalisme adalah lautan itu sendiri”.

Lebih satu dekade sudah yang dianggap sebagai era kejayaan kapitalisme ternyata tidaklah langsung berarti kejayaan ekonomi/kemakmuran umat manusia seperti asumsi-asumsi sebelumnya, justru yang terjadi adalah arah ketidakpastian (dengan itu pasar menjadi hidup) dan semakin melebarnya jurang pemisah kaya-miskin (ketegasan dari eksistensi kaum borjuis). Kalau pada massa perang dingin konflik hanyalah pada dua kutup timur-barat, setelah tumbangnya kapitalisme tahung 1990an, saat ini konflik tidak hanya antar negara namun telah turun pada antar pusat-daerah atau daerah-daerah bahkan telah sampai pada konflik tingkat paling rendah yaitu antar kelompok kelompok masyarakat. Semuanya itu disebabkan hanya oleh karena perebutan (bahasa lain dari kompetisi tak berimbang) kue-kue ekonomi-politik sebagai tabiat utama dari kapitalisme.

Negara-negara utara melalui IMF, Bank Dunia, dan WTO gencar mempromosikan sistem ekonomi-politik neoliberal. Profit adalah orientasinya dan pasar bebas adalah sarananya. Para penganjur neoliberal mengatakan bahwa tidak ada alternatif sistem lain selain neoliberal. Namun, di sisi lain fakta empiris justru menunjukkan bahwa sistem ini justru menghasilkan kemiskinan dan kehancuran ekologi. Ha-Joon Chang dan Ilena Grabel, dua ekonom yang pernah menjadi konsultan PBB ini, membongkarnya.

Sosialisme/komunisme kalah dan telah menjadi masa silam, Kini yang ada didepan mata, Kapitalisme/liberalisme pun telah gagal memberikan kemamuran bagi mayoritas umat manusia, namun tidak diakui hanya karena ketiadaan sistim lain/baru sebagai pengganti.

Karena kebuntuhan inilah sehingga pencarian alternatif telah sampai pada keputusasaan, banyak orang/negara melirik fundametal agama sebagai alternatif, sistim yang sudah ditinggal beribu tahun silam. Kalau ini yang terjadi maka akan terjadi set-back (kembali kebelakan),

Semisal demokrasi mederen dan nilai-nilai universal hak asasi manusia oleh sebagian ahli menganggap bahwa keduanya bercikal bakal dari piagam madina. Piagam Madina adalah sistim kemasyarakatan yang boleh dikata paling maju pada saat dicetus oleh Nabi Muhamad. Sistim bermasayarakat yang muncul pada saat dimana tidak adanya sistim kemasyarakatan selain feodalimse, kalau ada yang lain justru ketidakaturan sehingga disebut juga zaman jahilia. Betapa akomodatifnya sistim ini terhadap dinamika masyarakat karena musyawara mufakat sebagai acuan dalam pengambilan keputusan, maka pada kalifa III (300 tahun setelah Nabi Muhamad wafat) dinamika masyarakat menghendaki adanya penyesuian sistim hal itu terlihat oleh adanya pemberontakan, dari situlah sistim ini berevolusi menjadi sistim demokrasi mederen.

Paling terakhir oleh Anthony Giddens dikenalkan apa yang disebut dengan “The Three Way” atau jalan ketiga, mencoba gagasan sistim antara kapitalisme dan sosialisme yang dikenal juga dengan Sosial Demokrasi, yang secara tidak kentara uji cobanya telah dilakukan oleh Tonny Blair dan Bill Clinton. Tetapi kesemuanya bukan memberikan jawaban namun yang terjadi justru saling curiga yang menajam antara barat dan islam.

Apabilah mengkritisi kapitalaisme tidaklah bisa serta merta dapat di cap/stikma sebagai komunisme hanya karena keduanya perna saling berhadap hadapan, terlalu sempitlah apabilah kita selalu harus terjebak pada dua asumsi kalu bukan berhadap hadapan, maka yang lainnya adalah dipersanding. Biarkan kapitalisme dengan arahnya sendiri, dan dengan arahnya sendiri pulah kita ciptakan sistim yang bukan kapitalisme dan bukan komunisme. Saatnya secara sadar saya memperkenalkan apa yang disebut dengan “The Other way” (jalan lain) = MARAMISNOMICS – MEMARJINALKAN KAPITALISME DENGAN CARA-CARA KAPITALISTIK.

Karena berada ditengah lautan kapitalisme maka hanya dengan cara cara kapitalistiklah semua sistim bisa dianggap layak jalan, yang lainnya kalau tidak terhempas maka tenggelam. Maramisnomic (Jalan Lain) pada awalnya akan nampak eksploitatif sebagai ciri utama dari kapitalisme dimana pasar sebagai riak ombak/gelombangnya, maka sistim ini akan memarjinalkan (bukan memberangus) pasar sehingga lautan itu akan senantiasa terlayari. Walau sistim ini yang nampak awalnya adalah eksploitatif dan bercatur ditengah pasar namun pada akhirnya nanti bukan eksplotasi tapi keseimbangan kebutuhan, bukan borjuis atau kaum kapitalis yang terdepan tapi kolektifitas didepan namun kepemilikan pribadi (private property) tetap dihargai, bahkan menganut batas kepemilikan minimun dengan tanpa batasan maksimun dan pasti tidak dalam nuansa sama suka sama rasa ala komunisme, seorang dokter akan terus menjalni profesinya, tanpa ikutan menjadi petani dalam hal pemenuhan kebutuhan beras kolektif. Kreatifitas masyarakat otomatis akan secara terus menerus terangsang melakukan penyempurnaan sistim sebagai kesatuan keinginan kolektif.

Kalau pada sistim kapitalisme yang terdepan adalah pasar, seperti halnya Nabi Jusuf menyikapi over supply selama 7 tahun dengan metode penyimpanan/gudang sehingga pada 7 tahun nya tanpa panen/peceklik masalah teselesaikan hanya dengan mebuka gudang. Maka “The Others Way” Maramisnomic mengadopsi dan merekayasa konsep tersebut (konsep Nabi Jusuf) menjadi satu sistim yang diyakini dapat memecahkan kebuntuan-kebuntuan ekonomi yang berulang ulang terjadi di dunia ini dengan distribusi ketersediaan sebagai ujung tombaknya.

Yang berbeda adalah Nabi Jusuf yang pelaksanaan dengan kekuasaan Negara di Maramisnomics sistimnya dijalankan oleh masyarakat pemerintah hanyalah komplimen penunjang.

Pada sistim yang dianut sekarang (kapitalisme), kemelaratan tidak saja terjadi pada saat yang selama ini dikenal didaerah lumbung padi dengan peceklik (massa ketiadaan panen/produksi), namun bencana sering terjadi karena produksi banyak/berlebih, yang tadinya mewakili kemakmuran yang disebut berkelimpahan, yang terjadi disini berkelimpahan tidak lagi sebagai kemakmuran tetapi adalah bencana.

Belum pernah ada dalam sejarah direpublik ini petani/produsen kecil tersejahterakan, yang ada bahwa dia akan kelaparan (banyak kasus busung lapar sampai saat ini) pada masa peceklik dan pada masa panen akan menjadi bulan-bulanan kaum spekulan yang di back up atau merupakan kaki tangan BULOK.

Setiap kali gudang gudang senjata negara produsennya seperti Amerika Serikat telah penuh maka ancaman bencana bagi tenaga kerja yang ada di sektor industri persenjataan, kalau gudang senjata tidak segera dikosongkan maka tenaga kerja segera terancam PHK, maka jawaban tidak akan lain kecuali ciptakan peperangan. Jadi untuk menciptakan seorang jutawan seperti makelar senjata Kasogi maka di timur tengah haruslah terus menerus berperang.

Bila kita hendak memproduksi dasar-dasar kelayakan yang dianut termasuk oleh perbankan adalah angka angka matematis yang buta, Jakarta berpenduduk 8jt jiwa sebagai asumsi, Badan Kordinator Penanaman Modal akan memasukan kedalam daftar negatif investasi apabilah satu produk sudah dimiliki oleh penduduk Jakarta atau sudah ada yang memproduksi dengan kapasitas sama atau mendekati jumlah penduduk. namun untuk suatu produk yang baru diproduksi/dimiliki semisal oleh 2 juta penduduk akan disebut layak dan tidak masuk dalam daftar negatif investasi, kalau kita berencana untuk memproduksi lagi 1 juta maka ini akan sangat layak, kita tidak tahu bahwa kemungkinan pada saat bersamaan orang lain juga bisa berpikiran yang sama, katakanlah dengan produksi 500.000, bila orang yang berpikiran sama itu dari 8jt adalah 20 orang dan merealisasikannya maka akan terjadi bencana dengan kelebihan produksi 5jt. Hal yang sama perna terjadi di erah pemerintahan BJ Habibi pada waktu itu menteri koperasi Adi Sasono membabi buta menyalurkan Kredit Usaha Tani (KUT), petani pantura meresponsnya dengan menanam bawang merah dengan bibit yang dibelih dengan harga Rp 7000,- an perkilo, maka terjadi panen bawang merah yang berlimpah ruah sehingga harga turun sampai Rp 300.- dengan kondisi susah pembeli.

Dalam Maramisnomic hal-hal seperti ini tidak akan terjadi karena setiap kebutuhan akan secara otomatis terkendali karena kebutuhan dan produksi ada dalam satu sistim, dengan pedoman utamanya ketersediaan.

Ketersediaan paling ekstrim yang perna terjadi di sejarah umat manusia adalah seperti tersebut diatas ketika nabi Jusuf, dibuat untuk 14 tahun.

Walau Maramisnomic beroptimis memarjinalkan kapitalisme, namun tidak dengan cara fulgar yang justru akan menjadi sasaran tembak bagi penganut dan yang teruntungkan secara estabilist dengan sistim kapitalisme tersebut, namun maramisnomic akan secara gradual melakukan proses marjinalisasinya. Yang tentunya tidak saja dengan kecepaatan, namun memiliki percepatan yang siknifikan dalam proses marjinalisasi. Artinya orang tidak akan menyadarinya terjadinya perubahan namun dengan kecepatan tinggi maramisnomic sudah memarjinalkan pasar yang ada menjadi gallery nya produk-produk inovasi dan kreasi. Nantinya setelah menjadi produk kolektif maka akan segera keluar dari gallery masuk ke sistim distribusi. Sistim distribusi yang menjamin pasok produk kolektif akan sangat berperan sehingga disebut sebagai ujung tombak.

Pada periode awal (3 s/d 6 bulan) penerapannya pertumbuhan ekonomi akan meloncat ke angka lebih dari 10% sebagai akibat adanya loncatan permintaan barang yang sangat tajam, namun dalam Maramaisnomic kemajuan tidak dihitung dari pertumbuhan ekonomi, tapi yang dihitung adalah “pertumbuhan inovasi dan kreasi”, apa saja inovasi dan berapa temuan yang tercipta dari kreasifitas satuan komunitas.

Untuk membuat “The Other Way” Maramisnomic ke tataran operasional maka secara gradual ada tahapan tahapan harus dilakukan, sebagai tahapan awal maka proposal ini dibuat. Karena pada dasarnya menggunakan cara-cara kapitalistik maka proposal ini tunduk prosedural kelayakan perbankan.

Karena berbicara kepentingan kolektif maka harus berada pada infrastruktur kolektif, sehingga tahapan awalnya adalah pembentukan jaringan infrastruktur kolektif yang dimaksud. Jaringan dibentuk satuan komunitas terkecil untuk satu satuan kekuatan ekonomi yang efisien/ekonomis yang setara dengan jumlah pemilih pada satu Tempat Pumunggutan Suara (TPS) pemilihan umum. Penggunaan TPS sebagai satuan ekonomi terdepan secara sengaja dilakukan pertama secara umum geo-ekonomi seyogianya terkaitkan dengan geo-politik, namun yang pasti satuan TPS tersebut adalah infrastruktur yang cukup pasti dalam hal quantitas atau jumlah orang disatuan terujung masyarakat, yang sudah tersedia, dibangun dengan biaya yang tidak murah oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Biro Pusat Statistik (BPS), yang selama ini belum terlirikan untuk pembangunan keberdayaan masyarakat.

Pembentukan satuan kekuatan ekonomi dilakukan secara sukarelah dan dianggap dilakukan oleh satuan masyarakat itu sendiri karena tidak akan melibatkan (interfensi) kekuasaan. Diyakini akan dilakukan secara suka rela karena mengedepankan sepenuhnya asas manfaat bagi masyarakat itu sendiri. Rekrutmen awal dilakukan untuk kader kader ekonomi, yang setelahnya langsung diterjunkan ke komunitas disekitar tempat tinggalnya dalam sosialisasi dan penerapan satuan ekonomi tersebut.

Akan dimulai dari Jakarta megapolitan dengan target awal 1 satuan maramisnomic untuk 1 kelurahan, berikutnya 1 satuan maramisnomic untuk satu rukun warga (RW) yang selanjutnya dilakukan penyesuian sesuai target TPS tersebut diatas. Dari tahapan awal 1satu satuan maramisnomic untuk 1 kelurahan ke 1 satuan maramisnomic untuk satu RW sekitar 2 bulan sebagai tahap awal penyesuaian dan selanjutnya waktunya tinggal melihat kebutuhan dan ketersediaan modal kerja. Apabila ketersediaan modal kerja memadai maka pada saat 1 satuan maramisnomic untuk 1 RW di Jakarta megapolitan dimulai segera dibarengi pula dengan dimulainya tahapan awal 15 kota utama di Indonesia.

Satuan satuan maramisnomic akan melaksanakan kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai dari penyediaan kebutuhan sederhana seperti sembako yang pada giliran nanti melaksanakan kegiatan seluruh barang dan jasa. Hal hal yang tadinya (saat ini) merupakan persoalan di tengah masyarakat kota kedepanya tidak saja menyelesikan persoalan tapi juga memicu aspek ekonominya untuk kemakmuran. Sebagai contoh sampah yang selama ini memeras banyak energi dan menjadi persoalan yang sangat sulit saatnya nanti menjadi sumber kegiatan ekonomi.

BIAYA PEMBENTUKAN JARINGAN MODAL KERJA TAHAP PENERAPAN
Biaya Pembentukan Jaringan dan Sistim Kerja.
Kegiatan Maramisnomic dimulai dengan pembentukan jaringan serta sistim dan prosedur kerja yang direncanakan akan berlangsung penyempurnaannya selama dua tahun sebagai pra sistim maramisnomic, harus memiliki ketersediaan dana awal dengan perkiraan biaya pertahunnya sebagi berikut:
1. Rp 6.000.000.000,- (enam milyar rupiah)
2. Rp 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah)

Tahun pertama lebih besar dari tahun berikutnya karena akan banyak biaya biaya pra operasi, sedang untuk tahun berikutnya relatif akan stabil pada Rp 10.000.000,- perhari dengan tak terduganya Rp 9.000.000,- s/d Rp 10.000.000,- per bulannya.

Untuk tahun tahun berikutnya setelah tiga tahun berjalan biaya operasional dianggap sudah sanggup di biayai oleh penerimaan dari keuntungan dari penerapan sistim ini.

Sebagai prasyarat awal sistim ini hanya bisa dimulai disamping tersedianya modal kerja awal maka dana operasional awal sudah harus tersedia sebelumnya dengan total biaya sebesar Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah).

Modal Kerja Tahapan Awal
Untuk tahapan awal penerapan sistim setiap satuan maramisnomic direncanakan dengan modal awal Rp 100.000.000,- setiap satuan ini ditargetkan menjadi stabil perputarannya dalam waktu 3 – 4 bulan dan cash flow nya sudah harus menjadi layak kredit secara perbankan. Modal awal setiap satuan diadakan melalui kredit perbankan, karena pada awalnya belum sepenuhnya layak kredit perbankan maka dilayakan secara perbankan dengan bentuk cash collateral atau back to back kredit dari institusi pusat sistim melalui perjanjian 3 pihak dengan klausul penarikan jaminan setelah aliran dana putaran modal dinilai layak bank. Penjaminan selanjutnya diberikan ke satuan yang lain secara bekelanjutan.

Perencanaan penyaluran modal kerja disusun sesuai perkembangan dan kebutuhan berdasarkan proyeksi sebagai berikut:
1. 1900 satuan x Rp 100.000.000,- = Rp1 90.000.000.000,- (seratus sembilan puluh milyar rupiah).
2. 79.000 satuan x Rp 100.000.000,- = Rp 7.900.000.000.000,- (tuju triliun sembilan ratus
milyar rupiah)
Total keseluruhan menjadi Rp.9.000.000.000.000,- (sembilan triluin rupiah)

Dari tahapan pertama ke tahap kedua direncanakan setelah dua sampai tiga bulan penyaluran pertama, dan yang selanjutnya secara berkelanjutan berdasarkan tahapan kewajiban penjaminan yang dinilai oleh perbankan.

Sampai disini untuk biaya pembentukan jaringan dan sistim kerja berikut modal kerja hanya akan mempropos invesstasi sebesar Rp 9.000.000.000.000,- (sembilan triliun rupiah).



TINGKAT PENGEMBALIAN MODAL KERJA KEUNTUNGAN ANGGOTA.
Sistim ini akan melayani distribusi kebutuhan barang dan jasa dari setiap anggota. Untuk tahapan awal tertanam modal untuk kebutuhan dalam 1 bulan pada setiap anggota dengan kewajiban bagi anggota untuk menyetorkan ke sistim 75% dari nilai barang dan jasa yang dialokasikan untuk kebutuhan satu bulan dari setiap anggota tersebut. Jadi modal dari sistim hanya tertanam 25% dari seluruh alokasi awal kebutuhan barang dan jasa 1bulan.

Keuntungan yang akan diperoleh anggota :
1. Jaminan terpenuhinya kebutuhan barang dan jasa untuk tahap awal 1 bulan penuh dirumahnya, yang pada kedepannya dtargetkan sampai dengan 4 bulan (3 bulan di gudang terdekat dari rumahnya), tidak dengan harga barang dan jasa 4 bulan tapi cukup dengan 75% dari nilai barang dan jasa 1 bulan, tentunya dengan jaminan tidak akan terjadi/diberlakukan fluktuasi harga dalam 4 bulan sejak terjadi fluktuasi.
2. Memperoleh tingkat harga terendah dari harga pasar eceran (dasar patokan harga supermarket dan hipermarket) dan pada kondisi telah tercapai tingkat ekonomis operasi akan berada pada 2.5% s/d 5% dibawah harga tersebut.
3. Karena merupakan institusi kolektif maka keuntungan secara keseluruhan dalam periodik tertentu akan diperhitungkan sebagai hak anggota sesuai koefisian omset beli dari masing masing anggota sebagai cadangan bilah terjadi situasi darurat dalam hal ketidakmampuan memenuhi kebutuhan minimum hidup.

Nampak bahwa sistim harus memiliki modal sebesar 325% dari kebutuhan sebulan (termasuk cover cadangan 3 bulan) namun sebagai bagian dari sitim distribusi maka secara keseluruhan sistim hanya akan memenuhi 25% dari kebutuhan sebulan. Dengan demikian apabilah dirata-ratkan selisih harga 25%, maka sistim akan memperoleh 100% dari nilai modal berputar setiap bulannya, dengan target pesimistis 50%.
Disini sebutulnya yang dioptimalkan adalah kemampuan ekonomi masyarakat dengan hanya sedikit melibatkan modal luar, dengan kata lain modal luar hanya digunakan sebagai pemicu partisipasi ekonomi masyarakat.

PROSPEK DAN PELUANG KEDEPAN
Ditargetkan pulah setelah tahapan awal telah disaksikan peluang dan keberhasilannya maka mencari sumber modal baru adalah alternatif yang harus ditempuh untuk mempercepat proses kemakmuran kolektif. Dengan asumsi jumlah TPS PEMILU tahun 2004 sebanyak + 600.000 TPS, pada 18 bulan telah terlampau bahkan sepadan lebih dari 700.000 TPS, karena pengisian kantor –kantor pemerintah dan gedung-gedung swasta disepadankan dengan TPS artinya memiliki satuan ekonomi sendiri termasuk perkembangan ke penyediaan jasa dan energi, utamanya Bio Energi.

Penyerapan Tenaga Kerja
Pada tahap awalnya setiap satuan TPS akan memperkerjakan + 5 orang dan pada akhirnya akan menyerap tidak kurang dari 20 orang per TPS. Dengan asumsi jumlah TPS lebih dari 500.000 makan jumlah tenaga yang akan terserap lebih dari 600.000 x 20 = 10 juta orang, yang langsung menggerakan sistim. Pada saat sistim ini mendekati idial yaitu pada tataran pemikiran penyediaan kedtersedian bersama maka semua angkatan kerja tidak saja sekedar bekerja justru akan wajib bekerja. Semua industri akan berproduksi secara optimum.

Dampak Terhadap Perekonomian
Ketika sistim ini jalan akan segera memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara umum. Seperti kita ketahui bersama umur ketersediaan stok hanyalah berkisar antara 14 sampai dengan 20 hari kebutuhan (untuk bahan baker minyak selalu di umumkan oleh pemerintah dan pemerintah pada kisaran 20 hari kebutuhan), hal mana dapat kita lihat disaat terjadi rush (panik pembeli barang), pada tahun 1998 hanya sekitar 20% orang yang memiliki banyak uang melakukan rush tersebut sudah terjadi kekosongan stok di pasar. Ketika kita akan memulai menstok barang untuk kebutuhan satu bulan dirumah-rumah akan terjadi permintaan barang cukup seknifikan dipasar sebagaimana signal daya beli masyarakat. Karena ini sifatnya semu maka harus dihindarkan pembukaan pabrik baru hanya karena hitungan barang yang mengalami lonjakan permintaan tersebut, karena lonjakan tersebut sifatnya semu, namun sudah cukup memulihkan ekonomi karena banyak buruh pabrik akan memulai bekerja, tidak sajak sebagai efek domino dari peningkatan permintaan tersebut, tapi ini merupakan butterfly effect (kepak sayap kupu-kupu di Sydney menjadi badai di Jamaica). Dalam jangka panjang akan menjadikan ekonomi tampah gejolak. Rush tidak akan perna terjadi, orang tidak akan perlu kuatir akan ketersediaan barang karena untuk kebutuhan sebulan sudah disimpan dirumahnya, dan kebutuhan tiga bulannya lagi jadi, totalnya empat bulan tersedia digudang terdekat dengan kapasitas 1000 kk (kepala keluarga). Tidak akan terjadi over supply karena setiap produksi secara otomatis sudah terukur sesuai dengan jumlah kebutuhan.

Demikianlah sebagai langkah awal pelaksanaan maramisnomic sebagai satu sistim ekonomi yang memanfaatkan potensi kekuatan kolektif.

Jakarta, 20 Mei 2005.



Franky HT Maramis